“Ngeong......”
Suara itu terdengar samar memanggilku.
Suara hujan malam itu, membuat suara itu nyaris tak terdengar.
Deg.....Itukah suara Gembul Sungeong. Di mana dia.
“Ngeong......”
“Kamu di mana Mbul.....”
“Ngeong......”
Suara lirih itu kembali terdengar.
Apakah dia di atas atap seperti biasanya.
“Kamu di mana Mbul ?”
Kali ini aku agak keras memanggil.
Sambil kunyalakan lampu sorot dari ponsel, kuambil payung dan bergegas keluar rumah.
Kuarahkan sorot lampu ke atas pohon, ternyata tidak ada siapapun di situ.
Tapi suara panggilan itu kembali terdengar.
Kucari-cari di sekitar dan kulihat sesuatu di bawah kursi teras.
“Lho Mbul.... kamu kenapa,” sambil berteriak kutarik kucing hitam putih itu keluar.
Badannya basah dan mahluk kecil itu menggigil.
Badanya lemas. Bahkan untuk berdiri pun dia tak sanggup.
Melihat kondisinya, sepertinya dia sekuat tenaga, berjalan menerabas hujan untuk pulang.
Segera kucari kain untuk mengeringkan tubuhnya dan menyelimutinya.
Dalam pikiranku saat itu, yang pertama kali harus kulakukan adalah membuat dia hangat.
Kuambil air dan sedikit madu, dan pelan-pelan kuminumkan. Dan baru keesokan harinya kubelikan dia susu cap beruang.
Tak banyak yang bisa kuminumkan dan Gembul Sungeong masih terus tergeletak lemas.
“Kamu kenapa to Mbul ?”
“Ngeong......”
“Cepat sembuh ya Mbul “.
“Ngeong......”
Komentar
Posting Komentar
Berikan komentar secara sopan dan no SARA